Sabtu kemarin bertepatan dengan cuti panjang idul adha, akhirnya... kesampaian juga saya bertemu dengan anak-anak. Urusan skripsi tempo lalu menumpuk janji saya untuk mengunjungi mereka. Janji berkunjung sehabis lebaran Idul fitri kemarin, tepat terbayar sehabis lebaran kurban. So sorry kids :(... Walau status saya bukan privat tutor mereka lagi, komunikasi dan kedekatan kita gak ada yang berubah. Saya ke mereka berasa punya dua anak perempuan tanpa rasa sakit melahirkan gitu, hehe..
Biasanya orang tua selalu merasa anak tetaplah anak-anak, walaupun si anak sudah segede kulkas, suaranya sudah seberat drum isi 220 kg dan kumisnya sudah selebat hutan hujan tropis, tetap saja mereka pikir kita itu masih bayi polos yang imut-imut. Babies with bigger body only. Yah, kurang lebih seperti itu juga rasa saya ke mereka. Walau sudah SMA tetap saja saya pikir mereka itu masih SD. Saya masih berpikir mereka sebesar yang saya tahu ketika kita pertama kali bertemu. Anak-anak didik lucuku. Adek-adek inspirasi saya yang cita-citanya seluas mandala. Yang sulung ingin jadi koki dan owner restaurant, yang bungsu ingin jadi pengusaha seperti ibunya. Yang kisahnya pernah saya tuliskan di sini
Biasanya orang tua selalu merasa anak tetaplah anak-anak, walaupun si anak sudah segede kulkas, suaranya sudah seberat drum isi 220 kg dan kumisnya sudah selebat hutan hujan tropis, tetap saja mereka pikir kita itu masih bayi polos yang imut-imut. Babies with bigger body only. Yah, kurang lebih seperti itu juga rasa saya ke mereka. Walau sudah SMA tetap saja saya pikir mereka itu masih SD. Saya masih berpikir mereka sebesar yang saya tahu ketika kita pertama kali bertemu. Anak-anak didik lucuku. Adek-adek inspirasi saya yang cita-citanya seluas mandala. Yang sulung ingin jadi koki dan owner restaurant, yang bungsu ingin jadi pengusaha seperti ibunya. Yang kisahnya pernah saya tuliskan di sini
Setelah puas ndusel-ndusel kucing mereka, berangkatlah kita kulineran ke Rumah Makan Meutia. Yay! makan enak. Saya pilih tempat ini karena tahu mereka pasti menolak makan nasi. Setelah kakaknya sekarang adiknya yang gantian diet, sudah sadar badan. Malu kalau kelihatan gendut katanya, duh... Saya senang dan sedikit lega karena pilihan tempat makan kami ternyata tepat. Mereka excited, makan tanpa rasa khawatir akan gendut. Entah karena menemukan sesuatu yang baru atau makanannya yang memang enak. Yang penting mereka makan banyak!
RM Meutia adalah Restoran aceh yang ada di daerah Benhil, kira-kira jaraknya 200 M dengan RM Surya yang pernah saya ceritakan sebelumnya. Roti cane-nya Top, Mie acehnya Mantap, Gado-gado acehnya Seru, Teh tariknya Enak. Enak semua.
Dari beberapa pilihan mie aceh (kuah, tumis, goreng) saya paling suka yang kuah siram alias di tumis seperti ini. Lebih terasa bumbunya, slurrrp~
Roti cane yang makannya dicolek pakai susu kental manis atau bisa juga dikuahi dengan bumbu gulai ayam dan gulai kambing (tergantung request), soalnya kalau tidak di request pelayannya hanya memberi roti cane tanpa kuah-kuahan itu. Baik bentuk dan rasa roti cane RM Meutia berbeda dengan roti cane ala India.
Selesai makan kita lanjutkan petualangan ke mall terdekat, Grand Indonesia. Atas saran si kecil juga yang kesenengan pergi ke GI.
"Itu mall favoritku kak!"."Oya, kenapa?"
"Soalnya gak bakal ketemu temen-temen eksis sekolahku gitu deh".
" ...... " *straight face*
Lagi-lagi diingetin kalau mereka sudah abege, sudah ada krisis identitas, hik.
Memangnya kenapa ketemu anak-anak eksis? Memangnya kamu gak eksis? Pertanyaan seperti itu saya tanyakan berulang-ulang sampai saya tahu apa yang mereka pikir tentang gap-gapan yang ada di sekolah. Karena saya juga pernah SMA jadinya juga mengalami hal-hal seperti itu. Sungguh, menurut saya gap di sekolah sangat tidak membuat nyaman karena pada akhirnya membuat krisis percaya diri dan membuat diri sendiri merasa tidak begitu penting, tidak eksis dan agak... suram, lalu akhirnya hanya bergaul dengan teman yang itu-itu saja. Anak-anak (apalagi abege) butuh dibuat merasa istimewa, menurut saya tujuan utamanya self respect dulu, mereka harus bangga, nyaman dan respek dengan diri sendiri agar tidak mencari pembuktian disana-sini pada tempat yang salah.
"Dede eksis bisa dari prestasi loh, apa yang paling buat kamu bangga di sekolah?"
"Hmm... aku pernah dapet nilai bahasa inggris tertinggi se-angkatan kak *sumringah*"
"Pasti kamu jadi eksis saat itu ya? Kamu udah eksis kok terus aja kayak begitu"
"Hmm... aku pernah dapet nilai bahasa inggris tertinggi se-angkatan kak *sumringah*"
"Pasti kamu jadi eksis saat itu ya? Kamu udah eksis kok terus aja kayak begitu"
Dan... lalu tante-tante ini kesenengan bisa kasih wejangan (halah!)
Enggak hanya anak-anak dan abege, orang dewasa juga butuh merasa istimewa. Diterima dalam keadaan apa saja. Momen saya bersama mereka dulu (dan sekarang) adalah salah satu momen istimewa. Saya tahu mereka sayang saya karena pesan itu sampai kepada saya. Yang membuat dada rasanya hangat atau perut rasanya penuh meletup-letup, ketika bertemu mereka. Saya bisa pakai baju apa saja, kaos, jeans dan sneakers. Saya bisa berkata dan bersikap apa saja. Saya bisa menggurui apa saja. Dan bagi mereka semua yang ada pada diri saya itu keren, walau kenyataan jauh dari itu. Saya merasa istimewa. Dan kalian istimewa buat saya.
Eniwei, sesampainya di GI kita kehabisan ide. Badan sudah kekenyangan kebanyakan makan. Mulut juga sudah berbusa kebanyakan ngomong dan cerita sepanjang jalan. Akhirnya kita duduk-duduk di pelataran mall, ngelawak, foto-foto lucu, dan ketawa-ketawa sampai sakit perut, Nonton parodi youtube seperti ini :D
halo ka aprie terima kasih sd traktir anak2 ya...muah...muah sukses buat ka aprie di tempat kerja baru kejar lah cita2 setinggi langit ..
ReplyDelete-ibu yanty
halo Ibu, akupun juga senang sama mereka :)
Deleteamin, makasih buat setiap doa dan semangatnya bu.. *terharu*