Dari judulnya saja sudah bikin cekat-cekot, ya? Bukan, ini bukan novel religi apalagi buku agama. Buku ini adalah cerpen klasik tahun 1800-an. Sebelum membaca cerpen ini saya belum kenal satupun karya-karya Leo Tolstoy. Setelah membalik halamannya, kemudian terkesan dengan intro penerbitnya, dan membaca dua judul cerpennya, saya langsung memutuskan mencari buku Tolstoy lainnya di goodreads. Buku ini adalah satu dari tiga buku yang saya dapat di stand Jalasutra pada Pameran Buku Indobookfair November lalu. Fyi penerbit Jalasutra sedang sale akhir tahun, lho. All item diskon 30%.
TUHAN MAHA TAHU, TAPI DIA MENUNGGU
TUHAN MAHA TAHU, TAPI DIA MENUNGGU
Pengarang: Leo Tolstoy (Rusia: Lev Nikolayevich Tolstoy)
Penerbit: Jalasutra
Jenis: Cerpen, Sastra
Tebal: 400 halaman
Harga: Rp. 65.000
Harga: Rp. 65.000
Review
Judul-judul cerpen dalam buku ini:
1. Ilyas
2. Sebutir Gandum dari Tanah Tuhan
3. Setelah Pesta Dansa
4. Alyosha
5. Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu
6. Berapa Luaskah Tanah yang Diperlukan Seseorang?
7. Tujuh Belas Tahun Kemudian
8. Ziarah
9. Kebahagiaan Keluarga
10. Tuhan dan Manusia
11. Matinya Ivan Ilyich
Penyusunan cerita pada buku ini terbilang unik karena judulnya disusun dari mulai lembat yang paling tipis sampai paling tebal. Jadi makin kebelakang ceritanya makin tebal pula halamannya. Cerita-cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari berlatarkan kehidupan masyarakat rusia pedesaan pada jaman dahulu. Dan masih sangat tepat pabila direfleksikan pada keadaan sekarang ini. Because classic never die! Eksistensi kehidupan manusia dengan segala kebaikan dan keburukan sifatnya secara implisit ingin diberitahukan penulis dengan gaya penulisan yang maskulin dan tanpa banyak narasi yang tidak perlu. Pembaca dibuat tidak bosan pada setiap tokoh yang diceritakan.
Tema besar yang terkandung pada buku ini adalah tentang keikhlasan, ketulusan, keserakahan, penyesalan. Tema-tema yang sangat purba dan tidak lekang oleh waktu. Seperti kisah dongeng pengantar tidur, gaya bercerita Tolstoy bagi sebagian orang adalah klise dan terlalu sarat makna, kalau buat saya pribadi beliau istimewa Karena saya merasa menemukan "sesuatu" yang mungkin saya tidak dapat temukan pada buku lain.
Sebelas judul diatas, pada sebagian pembaca mengeluh akan kekurangan terjemahannya yang terkesan seperti membaca novel-novel timur tengah atau sedang mendengarkan kotbah gereja. Mungkin juga seperti itu, tetapi intisari buku yang saya dapatkan jadi menutup kelemahan terjemahnya. Menurut saya tatanan politik Rusia jaman dahulu yang dipimpin Tsar tidak beda jauh dengan keadaan masyarakat arab, mungkin karena itu juga pembaca jadi seperti membaca novel terjemahan arab. Saya jadi mendapat istilah-istilah baru disini, seperti kumiss (minuman susu berfregmentasi yang dahulu sering dibuat oleh orang-orang tartar), muzhik (sebutan untuk petani rusia pada jaman dulu), khalat (pakaian tradisional seperti mantel berlengan panjang dan sampai ke lutut) dan lainya yang memperkaya kosakata.
Cerita yang paling fenomenal buat saya adalah cerita terakhir, "Matinya Ivan Ilyich" sekaligus menjadi cerita yang paling sulit saya cerna. Ditulis Tolstoy pada 1886 dan dianggap sebagai cerita yang paling baik, paling masterpiece pada alirannya. Menceritakan tentang birokrat sejati, politikus yang pintar memainkan peran, dimana ia harus bersikap sangat baik pada orang-orang penting saja. Tujuan hidupnya hanyalah citra pekerjaan, berkumpul dengan para pejabat, dan apartemen mewah. Lalu tibalah saatnya Ivan menjadi tua dan sakit-sakita. Ivan Ilyich sulit menerima dirinya sudah lemah dan tidak bugar.
Dia selalu mengingkari kematian dan gusar pada bawahan-bawahannya yang mengincar kursi jabatannya. Serta kenyataan yang baru diketahuinya bahwa orang-orang itu, teman-teman pergaulan sekaligus anak-sitrinya hidup bersamanya dengan kepura-puraan saja. Pada akhirnya penyakit yang dideritanya sudah membuat Ivan tidak bisa berdiri dan dijauhi semua orang, kecuali pembantu prianya dan anak lelakinya. Pada sosok sederhana seperti pembantunya itu, Ivan Ilyich malah mendapatkan pencerahan sederhana mengenai hidup dan kematian. Bahwasanya kematian adalah hal sederhana yang menimpa semua orang. Dan Ivan Ilyich mati dengan keikhlasan.
Dia selalu mengingkari kematian dan gusar pada bawahan-bawahannya yang mengincar kursi jabatannya. Serta kenyataan yang baru diketahuinya bahwa orang-orang itu, teman-teman pergaulan sekaligus anak-sitrinya hidup bersamanya dengan kepura-puraan saja. Pada akhirnya penyakit yang dideritanya sudah membuat Ivan tidak bisa berdiri dan dijauhi semua orang, kecuali pembantu prianya dan anak lelakinya. Pada sosok sederhana seperti pembantunya itu, Ivan Ilyich malah mendapatkan pencerahan sederhana mengenai hidup dan kematian. Bahwasanya kematian adalah hal sederhana yang menimpa semua orang. Dan Ivan Ilyich mati dengan keikhlasan.
"Kau tidak akan mati, bukan?" tanya Ustinya."Memangnya kita bakalan hidup selamanya? Suatu saat kita semua akan mati...." ujar Alyosha, dia berbicara cepat seperti biasanya. "Terimakasih Ustinya. Selama ini kau bersikap baik padaku. Kau tahu sekarang, ada baiknya memang kita tidak jadi kawin. Kalau kita kawin, akan percuma saja. Sekarang dengan begini, tidak ada masalah." [Alyosha, halaman 36].
Dialog yang sukses membuat saya ingusan dan menangis panjang (iya, emang cengeng).
Sekilas tentang Leo Tolstoy
Count Lev Nikolayevich Tolstoy lahir di Tula Oblast, Rusia pada tahun 1828 sebagai keturunan ningrat tuan tanah dan meninggal 1910 karena Pneumonia di sebuah stasiun kecil kereta api setelah pergi meninggalkan istri dan keluarganya yang dianggap bertentangan keyakinan hidup dengan dirinya. Leo Tolstoy adalah sastrawan besar Rusia yang berpengaruh pada negara. Saking besar namanyanya, Leo Tolstoy disetarakan dengan Gereja dan Tsar agung. Pemikir humanis dan karya tulisnya yang bercorak realis sarat renungan moral dan filsafat. Pada masa hidupnya, Tolstoy dianggap anarkis oleh Gereja.
Pada usia 16 tahun sudah masuk universitas Kazan, menekuni ilmu bahasa dan hukum yang terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran Rousseu, Plato, Gothe, Stendal dan George Eliot. Sementara pemikirannya mempengaruhi Gandhi di India, gerakan kibbutz di Palestina dan menguatkan perlawanan masyarakat kepada Tsar. Karena tidak puas dengan pendidikan, Tolstoy keluar tanpa menamatkan kuliah dan mendirikan sekolah desa untuk para petani dan menggagas banyak pemikiran untuk masyarakat pedesaan. Leo Tolstoy adalah pribadi yang zuhud, hidup sederhana dengan upaya sendiri. Tolstoy merupakan contoh sempurna seorang penulis besar yang benar-benar konsisten bersikap dan bertindak sesuai dengan apa yang telah dia tulis dan yakini. Meskipun keyakinan dan cita-citanya itu tidak didukung dan ditinggalkan oleh keluarganya, namun Tolstoy mempunyai banyak pengikut setia yang tersebar diseluruh dunia (dari beberapa referensi, saya menemukan banyak orang pada zaman itu menyebut dia Nabi).
Tuh kan kamu jago kan kalo ripiu buku..
ReplyDeletehehhe jadi iri deh
ini mah gak jago, dibanding sama para blogger buku kalau lagi nge-ripiu :p
Deleteasal kita suka dan tertarik sama bukunya tulisannya jadi mengalir aja kok. coba aja dulu hehe