Pagi tadi, ketika saya izin berangkat ke kantor, Ibu saya protes karena tangannya sudah lama tidak disalami. Saya sering kali alpa kegiatan itu, menyalami tangan orang tua ketika izin ke luar atau masuk rumah. Apalagi kalau ada pertengkaran kecil antara saya dan Ibu sebelumnya, saya menjadi malas untuk salaman atau berlagak lupa. Ibu saya, layaknya orang tua kebanyakan, makin tua makin sensitif. Sedangkan saya sensitif dengan keributan, kalau sudah ribut-ribut bawaannya jadi mutung dan memilih bersikap masa bodoh.
sumber gambar https://parenttangoblog.files.wordpress.com
"Izin mau pergi doang, enggak salaman?" tanya ibu.
Saya yang sudah ambil ancang-ancang mau jalan ke luar pintu jadi berbalik lagi menuju Ibu, mengambil tangannya dan mendekatkannya ke bibir saya.
"Yanti berangkat dulu." izin saya.
"Iwan kalau berangkat kerja enggak pernah lupa cium tangan mamanya, sama pipinya kanan kiri juga." Rupanya Ibu sedang membandingkan saya dengan adik saya yang tidak pernah sungkan menunjukkan rasa sayangnya itu.
Sambil cengengesan, saya cuma bilang, "lebay amat pakai cium pipi." Ibu saya jadi ikut cengengesan. Sudah lama Ibu tidak senyum selebar itu karena saya. Bahagia rasanya.
Sambil cengengesan, saya cuma bilang, "lebay amat pakai cium pipi." Ibu saya jadi ikut cengengesan. Sudah lama Ibu tidak senyum selebar itu karena saya. Bahagia rasanya.
Dulu sekali, saya pernah punya pacar seumuran yang gemar menyuruh saya mencium tangannya ketika turun dari motor atau ketika selesai mengantarkan saya ke manapun. Saya bilang hal serupa kepadanya, "lebay amat." Saya sungkan mencium tangannya tetapi tidak pipinya. Kebalikannya ketika mencium tangan Ibu, saya tidak sungkan, walau kadang abai, tetapi merasa malu untuk mencium kedua pipinya.
Buat saya mencium tangan untuk memperoleh restu artinya penghormatan. Kedudukan tangan seorang pacar ada di bawah tangan orang tua saya, atau tangan-tangan orang yang jauh lebih tua dari saya, atau tiang bendera upacara. Tetapi mencium pipinya adalah hal lazim buat saya. Dengan mencium pipinya, saya sedang menandai hal yang istimewa. Seistimewa hewan peliharaan yang menyambutmu pulang lalu kamu ciumi pipinya, seistimewa barang yang kamu beli setelah menabung panjang lalu kamu ciumi dengan bangganya.
Buat saya mencium tangan untuk memperoleh restu artinya penghormatan. Kedudukan tangan seorang pacar ada di bawah tangan orang tua saya, atau tangan-tangan orang yang jauh lebih tua dari saya, atau tiang bendera upacara. Tetapi mencium pipinya adalah hal lazim buat saya. Dengan mencium pipinya, saya sedang menandai hal yang istimewa. Seistimewa hewan peliharaan yang menyambutmu pulang lalu kamu ciumi pipinya, seistimewa barang yang kamu beli setelah menabung panjang lalu kamu ciumi dengan bangganya.
Seharusnya rasa hormat kepada Ibu tidak lantas membuat rasa istimewa itu menjadi berkurang. Saya hanya malu karena tidak terbiasa mencium pipinya dari awal. Rasa istimewa kepada pacar pun tidak lantas membuat saya menjadi tidak menghormatinya. Hanya ada kadar penghormatan yang berbeda menurut saya.
Ibu saya yang semakin tua menjadi semakin sensitif, saya mengerti. Apalagi beliau jadi sering membayangkan saya akan meninggalkannya jika nanti sudah bersuami. Beliau membayangkan ada orang istimewa yang saya hormati, yang akan saya ciumi tangannya sekaligus kedua pipinya. Jika saya menjadi orang tua kelak, saya rasa saya juga akan merasa iri melihat anak saya begitu.
"Besok, ya, Mak... semoga tidak lupa dan malas cium." Cium tangan tapi, cium pipi masih malu-malu. Hehehe.
Ibu saya yang semakin tua menjadi semakin sensitif, saya mengerti. Apalagi beliau jadi sering membayangkan saya akan meninggalkannya jika nanti sudah bersuami. Beliau membayangkan ada orang istimewa yang saya hormati, yang akan saya ciumi tangannya sekaligus kedua pipinya. Jika saya menjadi orang tua kelak, saya rasa saya juga akan merasa iri melihat anak saya begitu.
"Besok, ya, Mak... semoga tidak lupa dan malas cium." Cium tangan tapi, cium pipi masih malu-malu. Hehehe.
Harus dibiasakan dong, Prie ...
ReplyDeleteCium tangan, cium pipi kanan dan kiri.
Dan plus pelukan sesekali.
Your Mom and You needed!
Karna dari mana lagi datangnya kehangatan itu kalo bukan dari keluarga. :D
Iyah, neng Eva :)
DeleteAda senyum kamu ketika ibumu senyum. *senyum*
ReplyDeletetentu saja, mari senyum :D
DeleteBaru mampir udah suka sama ceritanya :)
ReplyDeleteMakasih, Fikri :)
Deletehmmm. senyum ibu memang salah satu hal yang paling indah di dunia ini.
ReplyDeletelebih indah dari keajaiban dunia manapun :")
ngomong, followback blog dong :)
Deletehehehe
Oke, sudah di-follow :)
DeleteWah, bener banget Aprie. Karena faktor kebiasaan yang tidak pernah dilakukan dari kecil, akhirnya kita sungkan untuk melakukannya, padahal dalam hati ingin sekali melakukan hal tersebut. :)
ReplyDeleteMampir dan Folbek ke blog saya juga yah. :) http://gilaangromadhon.blogspot.com/
Hehehe.. iya, ternyata saya enggak sendiri. :)
DeleteAku juga nggak pinter menunjukkan perasaan. Walaupun ke ibu sendiri. Tapi sekarang mencoba untuk merubah kebiasaan itu. Orang tua sudah semakin tua. Takut menyesal. hehehehe..
ReplyDeleteSalam kenal..
Aku baru memfollow blog mu...
Mari bertemannn...
-Ninneta-
www.ninneta.com
Iya betul, itu membuat saya gusar dan jadilah postingan curhat ini. :p
Deletemakasih kunjungannya, Ninneta.