Hai, penyair, apa kabarmu? Kutebak kamu pasti sedang meringkuk di kasur sambil memandangi bercak-bercak cacar di tubuhmu. Aku tahu kamu sedang sakit; aku sempat stalking akun twittermu beberapa hari lalu sebelum menulis surat ini. Cepat sembuh, ya.
Dan terima kasih untuk lagu-lagu yang kamu kirimkan langsung ke emailku. Ini adalah pernyataan resmi bahwa aku sangat senang menerimanya. Terima kasih. Mendengar suaramu yang khas sekali melayu, buat si pemilik telinga sendu ini mudah sekali terharu. Maka jangan kamu coba-coba buat itu sebagai senjata rahasia untuk merayu, bahaya. Karena kami (aku yakin, pasti bukan aku seorang yang kamu kirimi itu suara) sudah terlanjur jatuh hati. Sempat kukatakan ketika menerima dua buah cover lagumu—Benci Untuk Mencinta yang dibawakan oleh Naif dan Lagu Cinta yang dibawakan oleh Dewa 19—kemarin itu, bahwa lagumu buatku betah berlama-lama di kantor adalah bohong. Nyatanya aku tidak tahan mendengarnya, mereka buatku menangis. Jangan kamu tanya detailnya kenapa. Aku hanya bisa bilang, wanita yang sedang patah hati jika bercerita akan buat pendengarnya tidak sanggup lagi membaca novel roman picisan. Jadi favoritku masih lah lagu Ada Bunga Mekar Di Salihara. Aku minta izin menampilkannya di bawah postingan ini, ya. Menurutku semua orang layak mendengarnya. Bak sekuntum bunga, mendengarnya ketika bahagia membuat semarak imajinasi, pun mendengarnya ketika sedih membuat hati menjadi tidak terlampau melankoli.
Dan perihal surat, sebenarnya bukan hanya doa lekas sembuh dan puji-puji lagumu yang ingin kusampaikan, tetapi juga keinginan supaya kamu menulis puisi kembali. Kapan terakhir kamu mengisi tulisan di blogmu, si kotak hitam itu? Sudah lama sekali. Apa kamu tidak mendengar dia sudah dahaga dengan kata-katamu. Aku mengingatkanmu karena aku mendengarnya. Blogmu itu bilang, tuliskan apa saja yang akan membuatnya ceria. Sajak-sajak seperti biasa, atau esaymu yang satu-dua, atau review bacaan terakhirmu, atau apa saja! Cepat-cepat tuliskan, kasihan nanti dia mati kekeringan.
Musikalisasi "Ada Bunga Mekar di Salihara" itu apresiasi yang luar biasa dari Fadhli. Selalu sehat, Fadh. Selalu pelihara semangat berkarya dalam dada.
ReplyDelete*lah, ini kan blognya Aprie yak*
Aku yakin pasti dia juga baca komenmu. :D
DeleteTerima kasih aprie. Surat ini adalah bentuk apresiasi luar biasa. Terima kasih Ika. Puisimu itu buat saya bangga bisa menyanyikannya.
ReplyDeleteMana, katanya mau nulis? :-/
DeleteSaya nulis kok, cuma belum sy upload.
ReplyDelete