Pernahkah kamu membaca buku yang sama berulang-ulang? Saya hampir enggak pernah, lho! Walau itu buku favorit saya sekalipun, paling hanya disampul plastik biar awet. Makanya ketika disodori buku yang pernah saya baca, namun cover-nya beda, saya menolak. "Tapi ini ceritanya juga beda!" Kata seorang teman menyodorkan buku bersampul magenta.
SURAT KECIL UNTUK TUHAN : THE STORY OF LIFE
Penerbit: Falcon Publishing
Jenis: Novel
Tebal: 224 halaman
Harga: Rp 55.000
Awal tahun 2011, saya ingat pernah membaca buku seorang teman dengan judul yang sama. Ceritanya tentang seorang remaja yang tiba-tiba terserang penyakit kanker ganas di wajahnya. Dari hari ke hari penyakitnya semakin parah. Operasi dan perawatan sudah dijalani tapi hasilnya nihil. Keke, nama dari remaja pengidap kanker itu, merasa hidupnya tidak adil. Ia, yang hanya tinggal dengan ayahnya, tidak menerima keadaan mengapa harus ia yang terkena penyakit? Mengapa bukan orang lain?
Nah, ketika saya membaca sinopsis di sampul belakang novel Surat Kecil untuk Tuhan edisi baru ini, ternyata ceritanya memang beda. Tokoh-tokohnya pun beda. Bukan cerita tentang Si Keke yang kena kanker melainkan...
SINOPSIS
Tersebutlah dua bocah kakak-beradik bernama Anton dan Angel yang terlahir dari keluarga tidak mampu. Hidup berkesusahan dengan rumah triplek di tanah liar milik pemerintah. Karena kedua orang tua mereka sudah kehabisan uang, mereka ditinggal di rumah sementara Ayah dan Ibunya pergi keluar kota untuk mencari pinjaman uang. Namun malang, bukannya pulang membawa uang malah berita duka cita. Kedua orang tua Anton dan Angel tewas karena kecelakaan saat perjalanan pulang. :((
Kini mereka yatim piatu. Mereka hanya memiliki Bibi dengan suami yang kasar dan suka menyiksa. Anton tidak tega melihat adiknya disiksa merencanakan kabur dari rumah Bibinya untuk kembali ke rumahnya dulu. Setelah berhasil kabur dari rumah Sang Bibi, kemalangan menimpa mereka kembali, mereka harus tidur di bawah kolong jembatan karena rumah mereka sudah rata dengan tanah.
Ketika itu, Om Rudy datang menawarkan bantuan berupa makanan enak, tempat tinggal, dan pakaian layak asalkan mereka mau tinggal bersamanya. Ternyata banyak anak lain seusia mereka tinggal dengan Om Rudy. Dengan dalih mengumpulkan sumbangan untuk biaya hidup, anak-anak yang tinggal dipenampungan Om Rudy harus menyerahkan uang setiap harinya. Istilahnya setoran. Terus... uangnya dari mana? Pasti temen-temen udah kebayang, kan, apa pekerjaan anak-anak di penampungan itu?
Om Rudy tidak sebaik Anton dan Angel kira sebelumnya. Dibalik kedoknya menampung anak-anak terlantar, Om Rudy memiliki rencana jahat. Rencana itu juga yang memisahkan Anton dan Angel sampai mereka dewasa.
Beruntungnya setelah mengalami kecelakaan, Angel dibesarkan oleh Suami-Istri Diplomat baik hati. Tapi... bagaimana dengan Anton? Akankah surat-surat yang dikirim oleh Angel kepada Tuhan dapat mempertemukan mereka kembali? Hayooo... kepo, gak? Novelnya bakal dibikin filmnya, lho! Alhamdulillah, yah, saya enggak ketinggalan cerita kalau nanti filmnya booming. :p
Walau ada perbedaan dari cerita terdahulu, ada persamaan yang khas pada novel ini. Yaitu, seorang anak yang sedang memanjatkan doa melalui surat-surat yang dikirimkan kepada Tuhan. Konon, judul Surat Kecil untuk Tuhan kedepannya akan menjadi seri novel dengan cerita yang berbeda-beda. Seru juga, ya, idenya? Berasa lagi nonton TV Series luar negeri. "How I Met Your Mother", kan ceritanya beda-beda tuh. :D
REVIEW
Novel ini bisa saya baca sekali duduk. Walau kelihatannya tebal namun cukup ringan, hanya 200-an halaman dengan jarak spasi tulisan yang bikin mata nyaman.
Ketika membaca, jujur, saya tidak tersentuh oleh kemaangan-kemalangan Anton dan Angel, tetapi jadi nangis bombay ketika membaca adegan bagaimana Anton sangat melindungi Adiknya sepenuh hati. Bagaimana mereka mengajarkan arti sebuah keluarga dan saling melindungi. Hik. Saya punya satu Adik makanya ikutan sedih.
Prediksi saya, selain dibuat film, novel ini akan cocok dibuat seri sinetron karena dramanya sangat dekat dengan masyarakat Indonesia. Perjuangan hidup, kesetiaan, harapan, dan doa. Apalagi perannya anak-anak, pesan yang akan disampaikan pasti lebih mudah diterima dibanding jika lakonnya orang dewasa. It would be too cheesy.
Yang saya sayangkan dari novel ini adalah masih ada beberapa typo. Sebagai pembaca yang banyak mau, entah kenapa saya terganggu banget sama typo (padahal sendirinya ratu typo). Dan ada beberapa logika yang tidak senada, seperti: surat yang dibuat Angel terlalu puitis, kurang anak-anak. Andai saja Angel membuat surat seperti gaya kebanyakan anak penulis puisi majalah Bobo, pasti saya sebagai pembaca akan lebih haru lagi. Lalu ada adegan di mana Om Rudy begitu cepatnya mengakui kesalahan dan rela dihukum, padahal sebelumnya Doi ngotot banget mau menyerang balik. Itu bikin saya... "duhh, kok cepet banget menyerahnya, sebentar lagi kek! Atau dinarasikan kek gitu kenapa bisa si Om jahat jadi insaf!" Lah. Situ penulisnya, Prie? :)))
Secara keseluruhan, novel ini baik dibaca segala usia. Bahkan menurut saya bisa dijadikan bacaan anak sebelum tidur. Harapan saya untuk novel ini dan filmnya kelak, semoga bisa menjadi penggerak keadilan seperti cita-cita Angel terhadap kaum marginal. Keadilan tidak hanya pada bantuan hukum, tetapi juga memberikan solusi kehidupan anak-anak jalanan yang lebih baik lagi. Aamiin.
Selamat membaca!
Tampaknya ini novel bikin baper :')
ReplyDeleteKalau sensitif sama hal yang berbau keluarga bikin baper banget, Va. :')
DeleteTadinya aku kira recycle cerita lama, ternyata baru lagi toh ya, harus sedia tissue sepertinya pas baca novel ini.b
ReplyDeleteIyah, baru lagi Mude! :D
DeleteMoga2 ada sekuel saat Wira dan Angel menikah pasti seru nih hehehe
ReplyDeleteTapi nanti sekuelnya nambah bikin baper lagi, Teh. Hik. *aprie anaknya lemah* :(
DeleteMasuk list nih :D
ReplyDeleteSelamat membaca, Mbak. :)
DeleteSuka sama sosok Angel dewasa. Pengin segera nonton filmnya euy.
ReplyDeletePlus liat pemandangan Australia ya. :D
DeleteJadi kenapa judulnya bisa sama?
ReplyDeleteJudulnya agak beda, ditambahin di belakangnya dikit gitu. :p
DeleteAku udah lama punya bukunya, masih edisi cover lama, tahun lalu, tapi sukses masih disegel alias belum dibaca :)))
ReplyDeleteNovel terdulunya lumayan tipis, kan.. habis baca itu, baca yang baru ini. :))
Deleteoh ceriat abru saat abca pertama dikirain yang kena kanker itu, makasih reviewnya
ReplyDeleteBiasanya aku baca buku dulu lalu nonton filmnya. Yang ini kebalikan. Udah nonton filmnya, tapi belum baca bukunya. Kayaknya lebih seru baca bukunya. Duh... gak kebayang deh. Nonton filmnya aja udah segitu nangisnya. Gimana baca bukunya. Kudu baca nih..
ReplyDeleteWah, siap-siap tisu nih sebelum baca. Hiks, saya mudah tersentuh kalau baca novel drama begini.
ReplyDeleteKebayang kayanya deh sedihnya cerita novel ini kaya apa. Aku dulu nonton filmnya yang pertama, sedih banget jugaaa. JAdi penasaran sama novel ini, nanti cari aaah. Makasi infonya ya Maaaak
ReplyDeleteawalnya juga aku pikir ini novel yg anak kena kanker itu mbak :D.. aku sempet nonton sinetronnya soalnya ;p..
ReplyDeletetapi dulu sinetronnya bgslah, ga bertele2 :D.. moga2 kalo buku yg kedua ini dibikin sinet, jg kyk sebelumnya, jgn bertele2 dan jd ga jelas...m
220 halaman sekali duduk? Aduh, aku mah perjuangan banget, Mba. Banyak dramanya sama anak2 di rumah.
ReplyDeleteTerlepas dari typo, tema cerita novel ini menarik yah
Di buat film aja yaaa kalo sinetron jangan ntar lebay di panjang2in hahaha
ReplyDelete