Ada satu quotes yang melekat banget dalam ingatan saya, yaitu quotes-nya John F Keneddy yang berbunyi, "Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu." Bayangin! Saya masih SD disuruh mencerna quotes model beginian. Yang ada malah nyinyir, "dihh.. situ mah enak Negarawan bisa berkontribusi buat negara, nah sini mah sapalah? Rakyat jelata biasa yang boro-boro punya cita-cita jadi Politikus." :)))
Source: unsplash.com | Edited by: Aprijanti |
Semakin gede saya semakin mengerti ternyata wujud pengorbanan yang dapat saya berikan untuk negara tidak berarti harus menjadi JFK atau menjadi Sri Wahyuni Agustiani, Atlet angkat besi yang menang piala perak di Olimpiade kemarin, dulu. Saya yang rakyat jelata ini ternyata juga bisa berkontribusi untuk negara. Caranya? Became a Blogger! Huahahaha.
Jujur, waktu berstatus karyawan biasa, saya hampir enggak pernah tuh mikirin kontribusi untuk orang lain. Setiap hari yang saya pikirin cuma soal gaji, pengeluaran, beli ini, beli itu, kalau nyisa baru amal (seringannya sih lupa). Semenjak ngeblog, saya mendapatkan kepuasan yang lain. Saya sadar kemampuan menulis saya tidak seberapa, tetapi ada satu-dua feedback dari pembaca yang merasa terbantu melalui tulisan ini, rasanya luar biasa. Lebih luar biasa daripada momen menerima uang job review. Ternyata saya ada gunanya juga. *seka air mata*
Begitu pula yang dirasakan oleh Mas Harnaz, Food Blogger dan Penulis Buku Kuliner yang sudah Go International. Melalui passion menulisnya, Mas Harnaz berhasil mengharumkan budaya Indonesia di mata dunia. Kok bisa? Beneran mau nyimak kisahnya?
Bulan lalu, Teh Ani Berta yang baik hati mengajak saya untuk ikut workshop Food Fotografi yang diselenggarakan oleh www.menikmatiindonesia.com di daerah Mega Kuningan. Acaranya seru. Pertama-tama kami semua dikasih bekal sebanyak Rp. 25,000 untuk dibelanjakan makanan yang "Indonesia banget" di Food Court Mall Ambasador, lalu direview di secarik kertas yang disediakan.
Uang Rp. 25,000 untuk belanja di Mall bisa dapat seporsi makanan. Tetapi karena saya maunya banyak, jadilah uang tadi saya tambahi sedikit untuk beli Mie Aceh, Roti Cane + Susu, dan Teh Tarik. Total belanjaan Rp 40,000. Hihihi. Nah, makanan yang sudah kita beli dan konsumsi tadi wajib diposting ke Instagram.
Di awal presentasinya, Mas Harnaz menampilkan slide kartun yang sedang menyindir fenomena Pak Bondan saat itu. "Kok makan kerupuk selembar sama minum es teh manis aja lebay banget?" Hahaha. Saya juga sempat liat komik Benny&Mice versi Pak Bondan itu. Lucu. Maksudnya Maz Harnaz di sini bukan mau nyindir Si Empunya komik tetapi menyampaikan bahwa semurah apapun makanan, jika punya ciri khas, pasti bisa diulas dengan baik.
Di awal presentasinya, Mas Harnaz menampilkan slide kartun yang sedang menyindir fenomena Pak Bondan saat itu. "Kok makan kerupuk selembar sama minum es teh manis aja lebay banget?" Hahaha. Saya juga sempat liat komik Benny&Mice versi Pak Bondan itu. Lucu. Maksudnya Maz Harnaz di sini bukan mau nyindir Si Empunya komik tetapi menyampaikan bahwa semurah apapun makanan, jika punya ciri khas, pasti bisa diulas dengan baik.
Mas Harnaz menyayangkan beberapa acara TV sejenis yang menampilkan review makanan tetapi tidak lengkap dan akurat. Penonton pasti dibuat bingung karena kontennya kurang berisi. Beda ketika Pak Bondan yang membawakan, pasti ada detail ceritanya. Menurut Mas Harnaz, ini nih elemen penting dalam mereview:
Data:
Tujuan dari mereview sesuatu adalah membuat orang lain dapat merasakan apa yang kita rasakan. Catatlah dengan lengkap nama narasumber, lokasi restoran, jam buka, kisaran harga, hidangan utama, dan yang paling esensial: mengandung Babi atau tidak? (cap halal/haram hanya MUI yang berhak mengeluarkan).
Analisa:
Menurut Mas Harnaz, kuliner Indonesia berpotensi sekali untuk maju jika masyarakatnya sudah keluar dari zona "enak dan tidak enak". Kenapa? Karena mayarakat kita minim sekali penghargaan terhadap makanan. Contohnya: ada menu makanan mahal di Restoran dengan mudahnya kita beri cap "tidak enak" hanya karena rasa dan harga yang tidak sesuai harapan. Padahal dibalik harga mahalnya, ada bumbu/perintilan yang begitu sulit dicari saking langkanya. Jamur hutan misalnya. Kita ini malas sekali menganalisa hampir apapun rasa makanan, mencari tahu bahannya, dan merasakan proses pembuatannya. Jadinya makanan Indonesia ya begitu-begitu aja. Ketika menulis, cobalah mengangkat poin-poin tersebut.
Cerita:
Selalu ada cerita dibalik sebuah makanan. Pasti banyak sekali cerita mengenai asal makanan tersebut, budaya/kebiasaan orang-orang dibaliknya, passion si Koki/pendiri restoran, dan sebagainya. Ceritakanlah. Bisa jadi "cerita" dibalik makanan itu justru yang paling menjual dibanding makanan itu sendiri.
Logika:
Logika sangat dibutuhkan jika kamu adalah seorang reviewer yang menulis, contohnya. Mulai tulisan dari data, lalu analisa, kemudian cerita. Hindari kalimat dan paragraf yang terlalu panjang. And... be creative on the tittle!
Satu ilmu yang penting banget dan mindblowing buat saya pada workshop ini, saya baru tau ternyata food photography itu bermacam-macam bentuknya. Ya ampun! Ini ilmu teknis guna banget walaupun sehari-hari saya tidak selalu foto makanan.
Coba tebak, ada berapa jenis food photograhy? Ada empat!
1. Flat Lay
OK. ini saya sudah agak paham karena hampir semua foto produk menerapkan teknik Flat Lay, yaitu memotret dengan sudut dari atas persis sebuah obyek. Tantangan foto Flat Lay adalah bayangan dan komposisi. Semakin terang dan bagus komposisinya, semakin menarik foto yang dihasilkan.
2. Whole Plate
Whole Plate adalah foto makanan yang fokus pada satu menu saja tetapi difoto bersamaan dengan alas/piringnya. Foto Whole Plate paling tricky karena kita disarankan untuk tidak mengambil titik fokus kesemua obyek melainkan ke obyek yang paling mencolok saja warnanya.
3. Food Porn
Food Porn biasanya digunakan untuk foto kue atau jenis makanan yang tinggi. Teknisnya adalah diambil dengan jarak yang cukup dekat.
4. Human Interest
Bukan foto makanan yang difokuskan pada Human Interest, tetapi interaksi manusia dengan makanannya. Bisa jadi Koki dengan piring makannya, atau Anak dengan sumpit Mienya. Foto jenis ini baik diambil dengan Candid. Walaupun Candid, jangan lupa minta izin dulu untuk mengambil foto, ya! Enggak semua orang mau jadi terkenal lho. Hahaha.
Suasana Peserta Worksop |
Di akhir worksop, semua peserta wajib menulis sebuah review dari makanan yang sudah dinikmati tadi dalam waktu 30 menit. Waduh, buat saya menulis kilat itu tantangan banget, mana menulisnya di body email. Walau enggak menang, saya tetap puas. Kapan lagi bisa makan enak, dapat ilmu review, dan belajar fotografi. :D
Sesi Foto bareng Maz Harnaz dan peserta workshop |
Dari profesi mereview makanan itu, Mas Harnaz sudah sering diundang keluar negeri. Sampai ada satu temannya, orang asing, bilang kalau kegiatannya itu sangat menginspirasi. Melalui penghargaan pada sebuah makanan, ia jadi tahu kebudayaan-kebudayaan banyak negara.
Saya menulis ini bukan berarti mengajak pembaca semua untuk jadi Blogger atau food reviewer. Hahaha. Tetapi yakinlah dengan passion, mau itu menulis, menggambar, atau memotret, hobi yang kita tekuni pasti akan membawa manfaat untuk orang lain. Tidak menutup kemungkinan juga sampai dikenal oleh banyak orang di manca negara. Jangan lupa, manfaatkan social media! PUBLISH YOUR DREAM.
wah..sangat bermanfaat sekali mbak buat saya yg mulai kepikiran bikin food review. makasih sharing ilmunya :D
ReplyDeleteSama-sama, ditunggu postingan food reviewnya :)
DeleteNice post aprie....tasataka bener bener...
ReplyDeletetasataka apa tuh Mirna? :D
DeleteItu bagian menulis kilat di body email juga tantangan banget buat saya. Susaaahhh karena saya terbiasa santai kalau nulis hehehe. Tapi memang menarik tantangannya. Acaranya juga sarat ilmu :)
ReplyDeleteIyup betul Mba, workshopnya interaktif banget jadinya. :D
DeleteAcaranya seru ya Mba Apri, terima kasih sdh sharing ilmunya :)
ReplyDeleteAku yakin pasti enggak ada yang yakin sama tulisanku tentang makanan hahahaha
ReplyDeleteMereview produk juga jgn salah yah,harus memberikan info yg akurat bagi pembaca. Thanks sharingnya apri
ReplyDeletewhaa jadi ingin ikut workshopnya deeh.. keren banget.. bebas mau fotoin makanan apa aja.. itu yg keren
ReplyDeletewah jadi iri lihat mbak bisa ikutan ini, kayaknya mengasyikan dan menambah wawasan
ReplyDeletecukup jadi Beauty Blogger aja deh aku jengg, apalah daya tubuh ini mudah mekar kalau jadi food blogger malahan hihihi :D
ReplyDeletewww.leeviahan.com
Huahaha.. gpp review beauty-nya ala-ala foodblogger biar sedap. :)))
DeleteBagiku yg masi pemula...analisa ini yg masih kurang dalam
ReplyDeleteKamu suka makan di jaly2 juga ????
ReplyDeleteItu langganan gw, kalo numpang ngerokok di ambas
Suka Om Cum. Murah meriah enak. Tapi seringnya dibungkus sih. Hehe
DeleteAprii baru baca postingan ini. Berguna banget ilmunya buat gue yg hobi makan hahahaah. Dan setelah diliat2 jenis foto makanan gue kebanyakan food porn :))
ReplyDeleteTambah ilmu. Trims.
ReplyDeleteWaahh.. nambah ilmu nih ;)
ReplyDeletemakasih ya udh mau sharing..
Wah acaranya bagus, sayang saya ga ikut, hehehe, ga tahu juga sih :). Untung baca ini, jadi nambah ilmunya, lumayan buat diterapkan di blog saya
ReplyDelete